Pendidikan dinilai paling efektif untuk memupuk rasa nasionalisme,
terutama bagi para generasi muda. Secara strukturalis, sistem pendidikan di
Indonesia diatur dan dikendalikan secara terpusat oleh Pemerintah. Dalam hal
praktis pun beragam aturan dan undang-undang diterbitkan untuk mengatur
pelaksanaan dan mengawasi berbagai kegiatan pendidikan sehingga dapat dipandang
bahwa sistem pendidikan ini akan mampu mencetak generasi muda berjiwa
nasionalis sesuai dengan perencanaan yang tertera dalam kurikulum. Namun, tak
semudah itu sistem pendidikan berjalan dan terlaksana, karena pendidikan tidak
berlaku komprehensif dalam berbagai aspek kehidupan para generasi muda. Dalam
sistem pendidikan di Indonesia, belajar di sekolah tidak menyita lebih dari 30%
waktu dari para siswanya, selain itu pendidikan hanya berorientasi akademik
yang mengukur siswanya hanya sebatas “knowing” dan “understanding” bukan pada orientasi “doing” dan “habituating”.
Munculnya “ pendidikan karakter” cukup memberikan angin segar bagi
dunia pendidikan di Indonesia yang selama ini mengalami kekeringan akan arti
pendidikan barmakna yang sebenarnya.
Pendidikan bermakna bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang
akan menumbuhkan rasa bertanggung jawab terhadap kemajuan bangsa. Namun,
faktanya pendidikan tinggi saja ternyata
tidak cukup untuk menciptakan generasi yang bertanggungjawab dan memiliki rasa
nasionalis yang tinggi sehingga mau berjuang demi kemajuan nusa dan bangsa,
bukan hanya memperjuangkan materi belaka. Oleh karenanya, pendidikan
nasionalisme sangat dibutuhkan untuk mempersiapkan generasi muda yang memiliki
tingkat intelektualitas yang tinggi, berbudi luhur serta memiliki rasa cinta
terhadap nusa dan bangsanya.
Dalam makna secara sempit, pendidikan nasionalisme hanya terbatas
pada pendidikan yang memuat materi ke-Pancasila-an dan kewarganegaraan. Materi
–materi yang tercakup dalam pendidikan nasionalisme ini dipandang hanya sebagai
hiasan semata yang mencerminkan bahwa para generasi muda adalah generasi yang
cinta Indonesia. Namun, sejatinya lebih jauh dari itu para generasi muda kita
harus dididik untuk ikut memikirkan negara sejak dini. Hal ini mungkin dianggap
terlalu dini untuk menyertakan generasi muda kita untuk turut serta memikirkan
negara, bukan hanya belajar secara teoritis untuk mengetahui tentang masalah
nasionalisme seperti masalah kewarganegaraan dan hukum-hukum kenegaraan tanpa
tahu bagaimana cara mewujudkan sikap nasionalis tersebut secara nyata.
Pendidikan nasionalisme bukan hanya sebatas mata pelajaran PKn atau
filsafat Pancasila, tapi semua mata pelajaran dan mata kuliah seharusnya memuat
nilai-nilai nasionalisme bahkan mata pelajaran keagamaan pun seharusnya
mengajarkan wujud konkrit dari sikap nasionalisme. Nilai-nilai nasionalisme dapat dikemas dengan
cara yang menyenangkan dan menarik bagi pelajar. Nilai nasionalisme tidak
dikenal karena Pancasila saja, tetapi bagaimana Pancasila praktis diajarkan
terhadap para pelajar. Berbagai kegiatan pendukung diluar jam pelajaran pun
sangat dibutuhkan untuk mewujudkan tindakan nyata dari rasa nasionalisme para
pelajar.
Pendidikan nasionalisme tidak hanya terbatas pada pendidikan
Pancasila dan kewarganegaraan, tetapi bagaimana generasi muda dididik untuk
mencintai Indonesia 100% dengan bukti nyata dalam tindakannya. Dalam bidang
ekonomi, siswa diajarkan dan dibiasakan untuk memanfaatkan sistem koperasi di
sekolah. Dalam sistem ini, semua siswa menjadi anggota dan mengeluarkan iuran
wajib yang kemudian koperasi tersebut dikelola oleh beberapa orang. Koperasi
menyediakan beberapa perlengkapan tulis menulis atau buku-buku tertentu, dengan
syarat apabila para siswa membutuhkan
alat tulis atau buku harus membeli di koperasi sehingga koperasi tetap
berjalan dan keuntungannya dapat dinikmati bersama. Dalam sistem pembelajaran
tersebut, siswa tidak hanya belajar secara teoritis tentang koperasi tetapi
juga menerapkan sistem ekonomi secara langsung. Hal ini menjadi wujud nyata
bahwa rasa nasionalisme akan tumbuh dalam diri para pelajar bahkan akan
memberikan keuntungan secara finansial serta memberi pelajaran tentang tatacara
mengelola koperasi yang baik dan menguntungkan.
Tidak terbatas dalam bidang ekonomi, tetapi dalam bidang yang lain
seperti dalam bidang teknologi. Para pelajar tidak hanya terbatas sebagai user
untuk menggunakan berbagai perangkat dan gadget yang ada tetapi diajarkan
juga bagaimana memanfaatkan dan memodifikasinya sesuai dengan kondisi riil di
Indonesia. Keberadaan teknologi bukan untuk menjadikan kehidupan serba instan
tetapi keberadaanya seharusnya mampu dimanfaatkan untuk mengakses berbagai
informasi terbaru mengenai perkembangan dan perubahan global dalam berbagai
aspek yang kemudian siswa mampu mengatur strategi untuk ikut serta mengakses
berbagai hal kekinian terutama mengenai pendidikan. Para pelajar dapat
mengakses berbagai informasi pendaftaran dan beasiswa dari berbagai negara
untuk mendukung perkembangan keilmuan di Indonesia. Selain itu, para pelajar
dapat dengan mudah mengakses pengembangan program-program software tertentu
untuk menciptakan berbagai aplikasi pintar untuk mendukung berbagai kegiatan
yang bertujuan untuk memajukan bangsa.
Dalam sains, para pelajar setingkat SMA telah mendapatkan berbagai
teori sains modern mulai dari teori biologi, kimia, dan fisika. Namun
teori-teori tersebut hanya dipelajari diatas meja praktikum dan tidak
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Para pelajar harus dibiasakan untuk
mulai meracik berbagai hal dibutuhkan oleh masyarakat, misalnya saja pelajar
setingkat SMA yang mempelajari kimia dan teorinya tentang senyawa dan unsur
disiapkan untuk membuat pupuk secara alami yang nantinya dapat dimanfaatkan
secara komersil dalam bidang pertanian. Sedangkan dalam fisika, pelajaran
mengenai lensa dapat dimanfaatkan secara langsung untuk membuat lensa secara
mandiri kemudian menjualnya dalam bentuk kacamata. Dengan kata lain kacamata
tersebut berlabel “Indonesia” bukan Amerika.
Pendidikan nasionalisme harus diberikan secara menyeluruh dalam
berbagai bidang untuk mendukung dan memupuk rasa nasionalisme itu sendiri.
Pendidikan bukan terbatas dalam bangku sekolah ataupun meja praktikum tapi
pendidikan adalah mengubah sesuatu yang ada untuk dikelola dan diarahkan agar
mampu memberikan manfaat. Tindakan nyata adalah lambang dari kesuksesan
pendidikan, karena tindakan nyata secara otomatis akan memberikan manfaat yang
nyata pula. Nasionalisme bukan hanya dikaji dan dipelajari tapi juga harus
menjadi jiwa dari setiap generasi muda Indonesia, yang bangga menjadi Indonesia
dan siap memajukan dari berbagai aspek semata-mata karena kecintaan terhadap
tanah airnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar